07 Januari, 2012

Don't go Korea

Saya percaya takdir, seperti saya percaya ketika pertama kali saya bertemu denganmu. Meski saat itu tak sempat dirimu menyadari keberadaan saya.

Setahun kemudian, saya benar - benar bertemu denganmu. Benar - benar bisa membuatmu berpaling, tersenyum dan menyadari keberadaanku. Dan saat itu, kita tak lagi saling sendiri.

Kamu hanya memberi saya waktu tidak lebih dari dua bulan. Dan semua halaman agenda tentang kita harus saya robek untuk tidak menjadi bagian masa depan kita. Kamu memutuskan untuk pergi sendiri. Tanpa ada saya atau dia, teman hidupmu.

Ya, saya cemburu pada dia, yang selalu bisa disampingmu setahun ini.

Saya cemburu pada dia yang setiap malam bisa menatap lelap tidurmu dan memastikan kau baik - baik saja.

Saya cemburu karena dia yang berada di dekapanmu, bukan saya.

Saya juga ingin merasakan hembusan lembut nafasmu disamping saya ketika ternyenyak dan bermain di alam mimpi.

Ku cemburu pada dia tentang segala yang ada pada dirimu.

Setahun kini sudah, saya menanti kembali dirimu. Kamu memang kembali, tapi bukan untuk saya. Kamu masih saja bergelut dengan hal yang sama seperti setahun lalu. Hal yang sebenarnya tidak pernah kamu impikan dan inginkan.

Kamu memang tak akan pernah lepas dari genggaman dia, dia yang memang bisa memiliki kamu dan membuat kamu terus menerus terikat dalam cakaran tajamnya. Sudah banyak akar yang dia tanam di kaki dan hatimu. yang membuat dirimu bahkan tidak bisa bernafas.

Melihat bagaimana dia berusaha memberikan yang terbaik untukmu, bagaimana dia berusaha membuat kamu tinggal, semua yang dimilikinya rela dia berikan untukmu. Membuat saya menyalahkan diri karena berusaha mengalihkan hidupmu untuk saya.

Sekali lagi kamu lari dari hidup, hidup saya dan dia, hidup yang sama - sama kami tawarkan untukmu.

1 komentar:

achmad djaenudin mengatakan...

relakan saja,toh udah ada gantinya