12 Januari, 2010

This is it !

Ya, mungkin sekarang memang saatnya,
Karena jika tidak sekarang pun, suatu saat dirimu pasti akan pergi,
Entah kita pergi bersamaan atau pergi sendiri – sendiri,

Saya sudah tahu saat seperti ini pasti akan tiba suatu hari nanti,
Saya sudah menduganya sejak beberapa hari yang lalu,
Tapi ternyata tetap sakit ya ?
Di sini, didalam dada saya, di kepala saya,

Saya merasa tidak lagi bisa bernafas, rasanya sulit sekali menerima itu.

Entah kenapa, saya memang tidak suka perpisahan..
Meski itu pesta, Pesta perpisahan,
Saya tidak suka perpisahan.

Saya tahu dengan menangis pun tidak akan pernah mengubah keadaan,
Tapi airmata ini tak pernah menuruti teriakan hati, dia terus saja mengalir,
Membuat mata ini memerah dan saya merasakan panas teramat sangat.
Saya tidak ingin kamu melihat saya menangis.

Inilah mimpi terindah yang selama ini kamu inginkan,
Mimpi terindah yang setiap saat kamu hembuskan dan ceritakan tanpa henti,

Tapi tetap saya merasa sakit,
Disini, di dalam dada saya,

Semoga berhasil, semoga mimpi indah itu bisa kamu genggam selamanya.
Saya bahagia, akhirnya mimpimu berhasil kamu hampiri,
Salam saya untuk hidup barumu,
Meski saya akan kehilangan seseorang yang selalu ada,
Seseorang pembunuh waktu hidup…

Sekarang saya akan belajar hidup tanpamu,
Doakan saya bisa,

Selamat jalan sahabat hati…

07 Januari, 2010

Alat cukur kampung !

Sempat terpikir untuk membelikan dia Alat cukur listrik, karena kumis, janggut dan rambut - rambut dimukanya dengan mudah tumbuh.

Ide ini ada sejak beberapa bulan lalu, ketika saya dan dia menghabiskan waktu di pusat elektronik di daerah sini. Waktu melewati rak kaca tempat alat itu dipajang, dia berhenti beberapa saat sampai saya menarik kaosnya untuk beranjak dari situ. Dia masih belum berani cerita kalau dia menginginkan alat itu. Dia baru berani bilang ketika sudah sampai rumah. Dan tetap, dia jadi bulan - bulanan saya lagi karena selalu begitu, diam. Dan tak berani mengungkapkan keinginan.

Akhirnya besoknya saya mampir ke pusat elektronik itu, mengahmpiri rak kaca tempat dimana dia berdiri mematung disana, kemarin. Saya memang tak mengajak dia serta hari itu. Saya belikan, nanti dia bisa ganti ketika sudah sampai rumah. Saya mencari - cari alat cukur yang dia mau. Ada berbagai alat cukur dipajang disana. Tapi saya tahu yang mana yang diinginkannya, pasti yang benda kecil berwarna silver seukuran kotak pembungkus rokok yang dia mau. Saya mulai memberi perhatian yang lebih untuk benda satu ini. Dan saya mulai minta bantuan penjaga untuk bisa lebih jelas lagi tentang benda berwarna silver itu.

Penjaga dengan rambut sebahu dan make up yang tebal itu dengan lancarnya menjelaskan kelebihan alat cukur itu. Saya pun mulai tertarik dan meminta ijin untuk menggenggamnya. Saya juga suka, bentuknya mungil, simpel, dan mudah perawatannya.

Tapi saya tertegun sejenak ketika membalik benda itu. Disana tertera harga dari benda kecil mungil yang akan saya bawa kerumah. Cukup mahal bagi saya. Saya yang sejak tadi begitu antusias mengenali benda ini. Seketika saya berpikir ulang untuk hal itu. Perlahan saya kembalikan benda silver itu pada penjaganya. Saya mengatakan dengan jujur bahwa uang saya belum cukup hari ini. Penjaga itu dengan baik menerima kembali dan mengatakan tidak apa - apa.

Saya tidak pernah bercerita kepadanya tentang kejadian hari itu. Hanya saja, saya berjanji untuk membelikan benda itu ketika dia ulang tahun nanti. Delapan bulan lagi. Dia bilang jangan dipaksakan, nanti kalau sudah ada dana lebih dia yang akan membeli sendiri. Meski saya lihat ada raut muka kecewa di wajahnya. Tapi dia bisa meyakinkan saya, dia masih nyaman dengan alat cukur yang dijual rencengan yang tanpa listrik. Saya memujinya untuk kesabaran yang dia miliki.

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Tanggal tujuh belas besok adalah hari ulang tahunnya. Saya pun punya cukup dana dari pencairan Dana Jamsostek yang saya cairkan enam bulan lalu, dan saya simpan di tabungan rekening saya. Saya tidak mengatakan padanya bahwa saya memiliki uang yang cukup untuk membeli alat cukur listrik itu. Ketika pun dia menanyakan apakah saya punya dana cadangan yang bisa dia pinjam untuk pulang kampung akhir tahun kemarin.

Tapi sejak seminggu ini, saya harus belanja di warteg dekat rumah dan kantor. Karena alat penanak nasi yang ada dirumah sedang ngadat dan tak pernah mau kompromi untuk memasak nasi yang layak makan. Sore ini, sepulang kerja saya sibuk mencari - cari tahu pada teman kerja mengenai harga penanak nasi yang murah. Supaya saya bisa membeli yang baru lagi. Tapi saya juga ingat dengan janji saya padanya.

Akhirnya, saya memutuskan untuk membelikan dia alat cukur idamannya. Sekarang dia tidak perlu lagi susah - susah tiap pagi menggosok - gosok alat cukur rencengan di dagunya, dan dia tidak akan berdarah - darah lagi karena sayatan pisau tajam dari alat cukur itu. Alat cukur itu sudah dalam tas kerja saya sekarang.

Malam itu saya menunggu dia pulang. Saya menunggu saja di depan rumah. Sambil dengan tidak sabar memlihat matanya berbinar - binar melihat saya. Sudah dua jam saya menunggu. Meski saya tidak keberatan menikmati bintang - bintang malam itu menemani saya. Saya tetap berharap dia segera kembali. Pulang.

Dia tidak menjawab pesan singkat saya. Dia juga tidak mengangkat panggilan telpon saya. Dan saya masih setia menunggu dia datang. Meski saya lupa...

Hari ini sudah enam bulan dia berada di kampungnya, dan mungkin sedang tertidur lelap disamping istrinya...

**be brave honey..**based on her story**crazy in love which make u crazier tha ever**feel your brain with yours**