17 Februari, 2010

Sekarang giliranmu...



Harusnya kamu lihat mata saya, saat semua kedukaan ini tak terbendung.
Harusnya kamu lihat hati saya, Hati saya lebih menangis saat itu.

Saya tidak bisa dan tidak akan menyalahkan atas semua penyesalan yang kamu rasakan saat ini, saya sudah berulangkali berharap kamu bisa bersabar sedikiiiit lagi saja. Saya sudah setengah hidup mendampingi keluhanmu selama ini.

Pilihan hidup, Ya, inilah pilihan hidup yang kamu pilih, dengan semua konsekuensi yang sudah kamu persiapkan sebagai tameng.

Saya tidak pernah berharap kamu akan kembali lagi kesini, menjemput kebahagiaanmu yang tertinggal disini, tidak.
Saya lebih memilih untuk tetap mendoakanmu bisa hidup bahagia dengan berbagai kondisi hidupmu sekarang.

Jangan menyerah ! Saya tahu kamu bisa melalui semua seperti kamu sudah melalui seribu nafas ketika bersama saya. Kamu mampu, dan saya percaya itu.
Mungkin segalanya tidak akan secepat yang kamu kira untuk bisa memperbaiki setiap sudut hati disini. Tapi saya sudah bisa, bisa bernafas, bisa mendengar, bisa merasakan, tanpamu, Saya sudah siap sekarang !

Sekarang giliranmu....
Happy Birthday....

pic from heifok.com

15 Februari, 2010

Val Day



Titanic, Romeo and Juliet, Endless Love-na Korea, Butterfly Lovers-na Hongkong,
Kenapa orang – orang begitu memuja cerita cinta yang ada di fim – film tersebut. Bukankah akhir dari kisah cinta mereka berakhir dengan tragis. Tidak ada yang mendapatkan orang yang dicintainya. Teman – teman saya bilang, film – film itu mewakili contoh cinta sampai mati. True Love, Til dead do us apart.

So, ketika jatuh cinta, dan merasa bahwa cinta sekarang adalah cinta sejati kita, salah satu dari kita harus ada yang meninggal ?

Entah, tapi saya tidak setuju dengan akhir cerita di film – film itu, saya lebih suka Hollywood, yang diakhir cerita selalu berakhir bahagia, seperti film – film komedi romantis Hollywood, mungkin karena saya terlalu lemah untuk berhadapan dengan kedukaan, tapi ya, saya lebih suka alur cerita film Hollywood yang Happy ending, daripada film Korea atau China yang selalu Sad Ending, dan saya selalu termehek – mehek di akhir cerita.. hahahaha….

Yup, Benar, saya lebih suka Happy Ending jika ternyata kisah cinta saya harus jadi tema dalam satu judul film.. hehehehe

Meski saya pernah menangis sepanjang jalan dari Jakarta Utara ke Jakarta Barat, dan menangis lagi dari Karawaci ke Kebun Jeruk,
Saya juga pernah berduka selama dua bulan gara – gara Sad Ending….
Pernah meminta mantan pacar saya untuk kembali lagi ke saya jika ternyata dia sudah putus dengan pacarnya, yang sekarang malah jadi suaminya dia…

Bodohnya saya… saya sering tertawa sendiri mengingat kejadian diatas.

Ternyata, sekarang setelah makin tua, setalah makin bertambah umur. Harapan tentang seseorang yang saya harap akan jadi pendamping hidup saya nanti, tidak sederet panjang dulu. Makin tua makin sederhana permintaan saya.
Meski tetap ada daftar persyaratannya juga.. hehehe.. tetep belum bisa belajar ikhlas. Padahal sudah sering bicara pada hati, harus bisa menerima orang lain dengan keunikan masing – masing.

Dan malam ini, meski tidak pergi kemana – mana, ternyata demam Valentine’s Day yang di tulis di status teman – teman saya di Facebook akhirnya menular juga ke saya. Yups, saya kesepian malam Valentine ini… hehehehehe..
Tapi besok saya ada acara ketemu seseorang. Saya tidak berani menyebut pertemuan besok dengan kencan. Takut tidak sesuai harapan. Saya sendiri tidak tahu kenapa acara pertemuan besok bisa jatuh di Valentine’s day. Begitu kebetulan. Padahal rencana besok itu Imlek an ya…

Balik lagi ke Cinta Sejati, saya tidak tahu dan tidak mengerti takaran pasti seperti apa Cinta Sejati itu. Saya mungkin hanya berharap Cinta Sejati nya saya ketika orang di samping saya kelak, bahagia berada di sisi saya. Begitu pun saya.

Seperti nenek dan kakek yang pernah muncul di acara Uya emang Kuya. Atau seperti yang ditulis oleh Jie Jenny di blog In Between-nya, tentang kakek yang dengan setia menunggu istri tercintanya ikut seminar. Huaaaaa… ingin menangis darah rasanya. Ya, saya memang orang yang perasa.

Jadi bagi yang merayakan valentine’s Day, semoga anda dan pasangan selalu bahagia, dan saling mendukung satu sama lain.

Doakan saya juga ya….

Gambar diambil dari wow.com

13 Februari, 2010

Maaf ku telah menyakitimu...

Maaf jika sekarang mungkin saya tidal lagi memperlakukan dirimu dengan cara yang sama. Bukan karena akhirnya kita tidak berhasil bersama. Bukan karena kamu sekarang tidak lagi ada disini. Tapi karena saya pikir kita telah memilih jalan masing - masing, dan itu yang terbaik menurutmu.

Beberapa hal masih kamu tinggalkan di ponsel saya. Dan kemarin saya hapus, bukan karena saya sudah membenci kamu. Tapi itu karena hal yang bukan milik saya, tapi itu milik kalian. Kamu dan dia.

Jujur, mengetahui dirimu butuh bantuan, saya ingin segera berlari ke arahmu dan membantumu bangun dari kesulitan. Tapi bukankah sudah ada dia disampingmu ? jadi mengapa tak kau mintakan dia membantumu sekarang. Saya takut salah langkah jika saya menghampirimu.

Saya masih berharap kamu ada disini, sekarang, tapi tanpa cerita tentang dia.

= You're beautiful by James Blunt =

02 Februari, 2010

Bukan jalan..

Dari dulu saya memang tidak pernah suka jalan ini. Meski ini adalah rute tercepat untuk mencapai jalan utama, kebebasan. Saya tetap menjadikan jalan ini pilihan terakhir. Jalan ini terlalu bergelombang, terlalu kasar, sangat curam. Jalan ini bahkan kadang membuat saya tidak bisa tertidur, karena dia terlalu mengguncang tubuh ini dengan kasar. Saya harus sangat berhati – hati jika harus melewati jalan ini. Walaupun hasil akhirnya adalah tetap terkena cipratan genangan dan berdebu.

Bahkan menurut saya jalan ini terlalu sempit, tidak cukup bagi saya bernafas, tidak cukup bagi saya memandang. Selalu terburu – buru jika harus melewati jalan ini. Ingin segera mengakhirinya.

Sebenarnya, sejak lama saya tidak pernah melalui jalan ini lagi. Entah kenapa malam ini saya memaksakan diri untuk kembali melalui jalan ini lagi. Dan saya tahu pasti apa yang akan saya hadapi.

Hasilnya tetap sama. Menderita.

Kembali saya rasanya ingin menangis dan menghentikan langkah ini. Saya rasa sudah tak mau melanjutkan berjalan di jalan ini lagi.

Bukankah dirimu juga tak mau lagi melewati jalan ini ? Maka jangan paksa saya melewatinya juga. Saya akan terus berharap saya bisa melewati kembali jalan ini, tapi bukan sekarang, tolong mengerti lah. Saya masih belum bisa melewatinya untuk saat ini. Biarkan saya berjalan di jalan pintas lain yang saya pilih. Meski lebih jauh, setidaknya tidak separah yang saya jalani sekarang.

Bantu saya melewati jalan ini sekarang. Dan bantu saya menemukan jalan lain selanjutnya.