21 Juli, 2010

Dan saya kembali..


Hati saya seketika berbunga – bunga ketika kamu tiba – tiba mengirimi saya pesan pendek. Isinya tentang kamu yang ingin bertemu saya.

Tapi ketika hari itu tiba, saya kemudian berpikir, kenapa kamu menjadi manis sekarang, apakah kamu sekarang mengubah pandangan terhadap saya ? Bukankah ketika kamu meninggalkan saya menangis hari itu, kamu sangat tidak peduli dengan saya, hati saya, perasaan saya.

Tapi saya tetap menemuimu, lebih awal dari waktu yang sudah kita tentukan bersama.
Seperti biasa, seperti dulu, saya masih setia menunggu di tempat dimana saya dulu sering menantimu datang. Dibawah papan iklan yang besar, seberang pohon mahoni depan mal.

Kamu masih saja seperti dulu, datang dengan tampang seperti orang anti kena panas matahari. Menyipitkan mata dan seolah sinar matahari hanya terpancar kearah wajahmu. Hati saya sudah saya latih ribuan kali untuk tidak gugup, mencoba bersikap normal, biasa saja.

Tapi tetap hati ini ternyata tidak bias berbohong, saya senang sekali melihat wajahmu muncul diantara lalu lalang manusia siang itu. Caramu berbicara masih sama. Terkesan cuek dan tidak ada salam sapa dari mulut manismu.

Seharian saya diberi kesempatan bersamamu. Dan saya tidak sempat mempersiapkan diri untuk tampil memukau dihadapanmu. Saya bangun kesiangan di rumah teman saya. Jadi hari ini saya menemuimu dengan pakaian yang sama dengan kemarin. Saya juga tidak sempat bercukur. Jadi, hari ini saya menemuimu dengan tampil yang sangat apa adanya.
Kamu masih sama, komplain tentang banyak hal. Tentang teman – teman saya, tentang hari yang membuat kamu kegerahan, tentang lantai yang tidak disapu bersih sempurna. Tentang air minum isi ulang. Tentang kamar mandi. Semuanya.

Kamu juga masih menganggap saya Tuan Segalanya, dimana kamu bisa berharap semua terkabul dengan adanya saya. Kamu akan jongkok dan mengamati jika saya sudah jongkok terlebih dahulu. Kamu akan memegang barang yang sudah saya pegang dan membandingkan dengan cara pandangmu. Kamu akan membiarkan saya pesan makanan lebih dulu dan mengomentari hasil pesanan saya.

Kamu akan menoleh kearah yang sama ketika saya mengalihkan pandangan matanya. Saya bukan memandang orang lain atau benda lain. Saya hanya menghindari pandangan mata kita beradu. Saya takut kamu tahu apa yang disimpan hati ini.

Seperti biasa, kamu akan meminta pendapat saya tentang pilihanmu hari ini. Dan seperti biasa pula kamu akan tidak setuju dengan pilihan saya. Kamu masih meminta saya mencari pilihan lain. Yang sesuai, ideal dengan pikiranmu. Berkali – kali saya mengingatkanmu, tidak ada yang sempurna di muka bumi ini, sayang.

Hari sudah akan gelap dalam beberapa menit lagi, dan kamu belum menentukan satu pilihan pun. Saya sudah kelelahan, saya sudah tidak sanggup lagi berpikir dan memberikan saran terbaik untukmu. Dan seperti yang saya duga sebelumnya. Kamu tidak memilih satu pun diantara pilihan – pilihan itu.

Saya mencintaimu tanpa syarat. Meski banyak syarat dan ketentuan yang kamu berlakukan untuk saya.

Saya masih tidak rela meninggalkanmu. Meski sebenarnya, saya yang tidak rela kamu tinggalkan. Dan kamu masih mengirimi pesan pendek “I miss you” ketika saya berputar arah menjauh darimu.

Ya, hari ini saya sesali, hari ini saya kembali melukai saya sendiri. Dan tak ada yang berubah darimu. Manusia keras kepala yang saya cintai. Manusia setengah Tuhan menurutmu. Manusia paling suci dan paling sempurna.

Dan saya kembali hanya makhluk nista.