25 Januari, 2009

Kucing Kecil Kurus itu SAYA


Kucing Kecil Kurus

Pagi saya bangun lebih awal dari biasanya, rencana mau pulang kampong. Mumpung liburan panjang Imlek. Jam lima kurang lima belas menit saya sudah di pinggir jalan menunggu angkot ke CL.

Sambil menunggu dan setengah kedinginan, tas punggung yang gedenya melebihi besar badan. Itu saya peluk (Padahal badan saya ndut lho)

Seseorang lewat di seberang jalan sana. Yang membuat saya tertarik untuk menoleh kearah seberang jalan itu bukan karena orang yang lewatnya. Tapi entah darimana, atau entah berapa jauh.. dua meter dibelakang orang tersebut. Ada kucing kecil kurus berwarna putih dan coklat berlari mengikuti. Dia (kucing itu) sambil mengeong-ngeong dan berlari cepat terus mengikuti. Padahal mungkin larinya tak secepat orang yang berjalan terburu-buru itu. Sepertinya orang itu tak sadar atau memang tak mau sadar, dia tetap melangkah cepat. Kucing itu tetap mengikuti dan menambah kecepatan larinya hingga sampai ke kaki orang tersebut. Sadar kucing kecil itu menempel dikakinya, orang itu menendang kucing itu. Sang kucing terlempar ke semak di pinggir jalan, dia tak lagi berlari mengikuti orang tersebut. Dia hanya berteriak dengan eongannya yang lebih kencang dari tadi. Orang itu menoleh, dan kucing itu mundur dan bersembunyi di dalam semak. Selama beberapa saat dia (kucing itu) terus mengeong kencang. Dia lalu keluar semak, menoleh kekiri dan kekanan. Lalu berlari kearah dia datang tadi. Dan tiba-tiba dia berlari menyeberang jalan. Saat itu saya langsung berdiri, karena jalanan sudah mulai ramai oleh kendaraan. Benar apa yang saya takutkan, dia tetap berlari cepat meski jalanan ramai. Satu meter sebelum ban sepeda motor itu menyentuh tubuhnya. Sebuah tangan menyambar tubuh kecilnya. Saya sudah ancang-ancang dan meninggalkan tas. Tiga orang pemuda yang baru kembali dari mesjid setelah shalat subuhlah yang menyambar tubuh kucing itu. Sang pengendara motor masih berhenti di tengah jalan. Saya Cuma tersenyum ke arah tiga pemuda tadi. Tapi tidak mengucap terima kasih. Sombongnya saya. Padahal ingin keluar kalimat itu dari mulut saya.

Perjalanan kucing kecil kurus pagi itu, terus terang seperti perjalanan hidup saya saat ini. Terus mengeong, terus berlari mengikuti orang yang saya suka, terus saya mencari dan mencari perhatian orang lain, agar mereka sadar saya masih ada lho,
Terkadang dengan sengaja saya reminds teman-teman saya dengan email, sms, telpon untuk mengingatkan mereka saya masih ada (dan butuh pertolongan mereka)…

Hanya saja hingga saat ini Tiga orang pemuda yang mungkin bisa menyelamatkan saya belum pernah ada dan hadir. Mungkinkah saya juga harus melakukan seperti apa yang dilakukan oleh kucing kecil itu. Menantang hidup dengan taruhan MATI.

Atau mungkin sebenarnya ada orang-orang diluar sana yang siap membantu dan menyelamatkan saya dari hidup saya yang sekecil kucing kurus itu. Tapi orang-orang diluar sana itu seperti saya yang terlalu sombong dan hanya menunggu orang lain bertindak?

Saya tidak tahu dengan nasib kucing kecil kurus itu selanjutnya. Seperti juga hidup saya selanjutnya. Hanya saja pagi ini saya tidak langsung ke rumah. Tidak juga ke warung makan favorit saya. Pagi sekali ketika sampai di kota kecil ini. Saya langsung ke rumah Ibu saya. Beneran ibu, menurutnya. Memandikan keponakan saya yang “agak dongo” menurut tetangga saya. Dia gembira sekali pagi itu. Dia bilang “saya punya amang… amang saya mandiin saya… kamu ga punya amang saya…” sambil menunjuk keponakan saya yang lain. Yang ibunya, alias kakak saya menginggalkan dia dan ikut suaminya. Keponakan “agak dongo” itu juga dititipkan dirumah ini. Bapaknya, alias kakak saya, menikah lagi dan istri barunya tidak sanggup mengurus “agak dongo”. Malu mungkin. Ibunya juga tidak mau menjemput dia,mungkin karena keponakan “agak dongo” saya itu mirip banget wajahnya dengan kakak saya. So, dirumah Ibu beneran saya ada empat anak kecil. Satu anak laki-laki dari kakak laki-laki saya yang ke empat. Dua dari kakak perempuan saya. Satu lagi ya “agak dongo” itu.

Rumah itu sudah berantakan ga jelas. Saya tidak tahu pasti, apakah karena itu hingga saat ini saya tidak juga menikah.
Yang pasti, pagi ini saya merasa hidup saya berat… banget…
Saya harus tetap hidup… bukan untuk saya.. bukan untuk kucing itu…
Untuk orang-orang yang saya rasa hidupnya lebih berat dari saya…
Emak… Sabar…ya.
Sadayana oke…

gambar kucing diambil dari portalinfaq.org
terima kasih

Tidak ada komentar: